20100924

Kebebasan beragama

Kebebasan beragama, menurut Rufini (La liberté religiosa, 1901, terjemahan Inggris 1912) berarti: Menciptakan suatu kondisi dalam masyarakat di mana seorang manusia dapat menuntut tujuan-tujuan spiritual yang tertinggi dengan tidak dihalangi orang lain. Dengan begitu maka syarat dapat terciptanya kemerdekaan beragama, di samping adanya pemerintah dan lebih dari satu agama dalam negara, adalah pendidikan moral yang cukup berkembang, sehingga kepribadian individu dalam masyarakat tersebut dapat dianggap mampu untuk memilih dan menentukan nasibnya sendiri.
tapi sayangnya bukan itu yang akan kita obrolkan disini :P saya tidak seserius itu kok :)
Jadi, belakangan twitter dan media kita dihujani oleh tulisan tulisan dan ide ide tentang tuntutan untuk mendapatkan kemerdekaan dan tanpa gangguan dalam menjalankan ibadah masing masing agama. sangat heboh, hampir semua lapisan masyarakat tiba tiba ikut menghakimi pemangku kekuasaan keberagamaan dan juga beberapa pihak yang mereka sebut sebagai "oknum" agama.
artis, selebriti, penulis, wartawan, penggiat seni dan bahkan abg alay pun tiba tiba seolah mnjadi seorang yang paling toleran dalam beragama.

saya tau itu tidaklah salah,
amin, itu lumayan bener,
yang saya ga habis pikir adalah diri saya sendiri, saat itu, saya ingin rasanya memenuhi timeline saya dengan hashtag #hkbp atau ##kebebasanberagama atau #apalahhashtagnyayangpentingtoleransiumatberagama, tapi kok saya agak sedikit mikir dan malu yaa untuk teriak teriak begitu, ada 2 alasan besar yang membuat saya berpikr beberapa kali sebelum tereak tereak,
yang pertama, saya , muslim, islam yang biasa aja, dan kayaknya mayoritas, bukan ahmadiyah atau jamaah apapun yang minoritas dan kontroversial, sehingga harus ngumpet2 dan takut takut kalo mau ibadah. saya pun bukan kristiani atau katholik atau apapun yang bisa menemukan masjid di manapun, tanpa kesulitan saat agama saya mau menjalankan ibadah, saya, sekali lagi, muslim, yang bahkan punya bulan khusus di tiap tahunnya untuk menjalankan ibadah puasa, dan semua orang di negara saya harus turut menghormati ibadah saya, intinya, fasilitas untuk beribadah, gampang, cling mejik, hak saya untuk beribadah sesuka saya di amin oleh negara.
tapi,
apakah saya beribadah dengan taat?
ga juga tuuh, saya masih bolong bolong sholatnya, apalagi sholat di masjid, jaraaaanglaaah!
dan saya yakin, muslim seperti saya bukan cuma saya, dan muslim seperti saya yang tereak tereak di twitter, juga banyak,
dan,
bukan cuma itu, mungkin banyak juga diantara temen temen saya yang katholik atau kristen, yang jarang kegereja saat hari minggu.

yang kedua, kalopun saya menghujani timeline dengan hashtag hashtag mulia itu, motif saya kayaknya, cuma sekedar ngikutin trend!

udah :)